kala sifar mengontang jiwa
aku duduk terdampar
menghitung hari-hari manis
lalu turun hujan madu
kelat dan manismenitik di pipiku
lalu lidahku menjelir dan menjilat manis dipipi
seraya.... tiba-tiba aja
gugur jantungku
gementar jiwaku
aku kaget kaku
guruhpun menyanyikan lagu
indah bak cinta murniaku masih duduk menyandar dinding
kakiku melunjurlalu kubengkokkan kaki
kutapak bumi ini kejap-kejaptanganku di atas lututku
kepalaku tundukaku merenung tanah
kulihat seekor semut
membisikkan padakuhai gadis manis
usah lagi nangisangkat mukamu bukalah matamu
kulihat segugus bunga-bunga
bermacam-macam warna
digengam erat sang teruna
dia melutut sebelah kaki
dengan gagah gayadia senyum padaku
aku lihat anak matanya
dalam-dalam kulihat
dia lihat mata hitamku
sepekat gelap dia memikat
hatiku luluh
kuhanya rasakan roh aja
jasadku menyatu entah ke mana
kulihat dia juga adalah roh
jasadnya menyatu jasadku
benar inikah Cinta
Duhai Tuhan Sang Pengasih
Ini bumi Bandung
Darah perwira yang pernah tumpah
dan aku masih lagi erat rapat dengan ini tanah
Bunga-bunga Bandung
berkelopak dan menari
riang meriangi harisiang mensiangi diri
jelma Cinta lagi
jelas kutak bersalah
kerna ini Cinta inilah misteri
dan inilah miseri
Bunga-bunga Bandung
masih berseri warni
aku sambut genggam lelaki
benar dikaulah yang kucari
telus dan tiada sangsi!
No comments:
Post a Comment